Review Buku: Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan


Inilah Bagaimana Seharusnya Jurnalisme Bekerja


Judul               : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan
Penulis            : Rusdi Mathari
Penerbit           : Mojok, Yogyakarta, Juli 2018
Tebal               : xiv + 257


Gambaran umum isi buku       :

Buku bergenre non-fiksi sosial-ilmiah (social science) karya  jurnalis Alm. Rusdi Mathari ini merupakan buku keempatnya setelah Aleppo (EA Books, 2016),  Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya (Buku Mojok, 2016), dan Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam: Sehimpun Reportase (Buku Mojok, 2018).

Buku ini berisi kumpulan esai/opini Alm. Rusdi Mathari yang pernah dipublikasikannya di berbagai platform, seperti facebook dan website miliknya, rusdimathari.com. Tulisan-tulisan tersebut berisi banyak hal, kritikan keras terhadap bagaimana sudah bobroknya jurnalisme kini, kisah-kisah masa lalu tentang pengalaman hidupnya menghadapi kerasnya hidup sebagai wartawan, petuah-petuah bagaimana seharusnya jurnalisme bekerja, seluk beluk dunia jurnalisme, dan masih banyak lagi.
Jika salah satu tujuan jurnalisme adalah memberi kritik, serta sarana melawan ketidakadilan, maka dunia jurnalisme seharusnya selalu bersedia dikritik, begitu kata beliau.

Buku ini wajib dibaca oleh penggiat jurnalistik, pelajar, mahasiswa, dan siapapun yang ingin mengetahui seluk beluk jurnalistik.


Kepengarangan                       :

Rusdi Amrullah, atau yang biasa dikenal dengan Rusdi Mathari, lahir di Situbondo, 12 Oktober 1967 dan berpulang serta dimakamkan di Jakarta pada 02 Maret 2018. Beliau pernah bekerja sebagai wartawan lepas Suara Pembaruan (1990-1994), redaktur InfoBank (1994-2000) dan Detik.com, anggota staf PDAT majalah Tempo (2001-2002), redaktur majalah Trust (2002-2005), redaktur pelaksana Koran Jakarta (2009-2010), redaktur pelaksana BeritaSatu.com (2010-2011), pemimpin redaksi VHR Mdia (2012-2013), dan terakhir redaksi eksekutif Rimanews.com (2015-2017).
Cak Rusdi pernah menjadi peserta crash program reportase investigasi (ISAI Jakarta) di Bangkok, Thailand, serta pernah mendapat penghargaan untuk penulisan berita terbaik dari beberapa lembaga. Buku yang merupakan ulasan kritik terhadap media baik di Indonesia maupun global ini adalah buku keempatnya setelah Aleppo (EA Books, 2016),  Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya (Buku Mojok, 2016), dan Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam: Sehimpun Reportase (Buku Mojok, 2018).

Melalui status-statusnya di Facebook, banyak orang tahu bahwa beliau terkena kanker sejak 2016. Doa terus mengalir padanya. Beberapa orang anak muda, mereka yang mengagumi beliau, bergantian menjaganya di rumah sakit. Sejumlah kawan baiknya mengadakan penggalangan dana. Istrinya, selalu tersenyum seperti biasa. Kuat. Tegar.

2 Maret 2018 pukul 08.15, Cak Rusdi Mathari menghembuskan napas terakhirnya. Beliau telah melawan kanker dengan sekuat tenaga, dengan sebaik-baiknya perlawanan. Beliau berjuang keras hingga merasa lelah dan memutuskan untuk pulang ke keabadian. Beliau sosok yang keras kepala, banyak orang mengakui itu. Kadang sikap keras kepalanya membawa banyak masalah baginya. Namun beliau juga sosok yang humoris, gemar bercerita banyak hal, dan mengayomi anak-anak muda naif. Sikapnya seperti itu yang membuat banyak orang menghormatinya.



Ikhtisar isi buku                      :

Ketika konsentrasi kepemilikan media meningkat, senjakala media cetak hampir tiba, tsunami hoax dan berita palsu muncul, gejala ketidakpercayaan terhadap media arus utama membesar, jurnalisme sedang dalam episode-episode menegangkan. Dalam buku ini, Rusdi membaca situasi tersebut dan mengajukan refleksi serta kritik untuk dunia media dan jurnalisme yang ia geluti lebih dari 25 tahun.



Kelebihan & kekurangan buku:

Buku ini dapat dijadikan sebagai pegangan bagi para penggiat jurnalistik, dan bagi mereka yang ingin mengetahui seluk beluk jurnalistik. Kritik yang diberikan pengarang sangat tajam, sehingga dan menjadi pukulan telak bagi para jurnalis yang tidak memerhatikan kode etik jurnalistik dan tidak bekerja sebagaimana mestinya. Buku ini diberi rating 18+ karena banyak mengandung istilah-istilah yang jarang terdengar dan sulit dipahami untuk yang berusia di bawah 18 tahun. Meski begitu, penulis mengemasnya secara apik dan tidak membosankan.


Ciri kebahasaan                       :

Buku ini banyak mengandung istilah-istilah ilmiah yang jarang terdengar dan cenderung sulit dipahami. Ditulis berdasarkan pengamatan dan penelitian penulis, serta kata-kata yang digunakan pengarang bermakna denotasi.



Manfaat                                   :

Manfaat yang didapatkan setelah membaca buku ini antara lain, membuka wawasan dan pengetahuan kita tentang dunia jurnalistik, tentang busuk-busuknya jurnalistik, dan bagaimana seharusnya kita bekerja dalam dunia jurnalistik. Buku ini tentu saja sangat bermanfaat bagi yang ingin bergelut ke dalam dunia jurnalistik.











DAFTAR PUSTAKA:


Komentar

Postingan Populer